Smile! You’re at the best WordPress.com site ever

Pesan yang tak ku ungkapkan itu bernama “komitmen”

Malam itu, bersama kantuk yang tak kunjung datang. Aku lupa entah siapa yang lebih dulu mengajak interaksi. Namun cukup banyak yang ingin ku tuangkan melalui kejaran-kejaran pesan singkat Jika dirimu merasakan ini yang pertama kali maka aku pun juga. dan semoga saja bisa menjadi sebuah cita yang kelak aku tunaikan secara jantan. masih ingatkah waktu itu aku merasakan yang baru yang lebih bermakna dan ada degupan mimpi suci yang aku niatkan. sengaja aku tak mengabarkannya karena bisa jadi ini akan merusak hati dan sekaligus merusak titipan yang Allah titipkan di celah-celah keimanan itu. Kini seperti tak ada penolakan lagi atau masihkah aku yang terlalu tinggi menerbangkan sayap kendali. Entahlah, yang ku tau kau masih seorang yang beriman. Aku belajar cinta dari seorang syaikh Sayyid Quthb, ia mengajarkanku banyak. mengajarkan arti perjuangan yang sesungguhnya. walau aku tak kan mampu mengejar keheroikan daya juangnnya. Ia seorang pejuang yang ternyata punya pula janji suci yang tentunya tidak ia ucapkan langsung namun hanya ia pendam sebagai kekuatan atau bisa jadi tak pernah ia wajahkan kepada sosok yang memikat hatinya. cukup Allah saja yang tahu setiap amalan tertentu telah di tentukan waktunya kita tunggu saja waktu mainnya. aku pun tak akan khawatir jikalu kau di cintai oleh orang yang kucintai juga karena ini pun ku temukan di dalam kisah yang bercerita tentang kemegahan hati para sahabat Rasulullah. kemegahan hati itu berceloteh bahwa “aku mencintai setiap insan yang beriman siapapun ia” . Menjadi orang yang sabar sekaligus sadar itu penting. Sabar menjalani titipan juga sadar bahwa itu memang hiasan semata. ketahuilah ada yang lebih istimewa dari duniadan seisinya. Bukan bidadari yang menjadi motivasi masuk surga namun karena Allahlah motivasi tertinggi. Aneh memang ketika ada seorang sufi yang rela dan bahagia masuk neraka jika memang kehendak itu merupakan Keridhoan Allah untuknnya. Apalagi yang aku, yang tak seberapa memandangmu. menurutku keimananmu lebih kuat di bandingkan godaan tentangku. yang ku tahu kau tidak narsis tapi tetap eksis. dan biarkan aku cukup tahu sedikit saja tentang dirimu karena aku tak butuh banyak. aku hanya butuh komitmen iman. bertemu karena iman dan berpisahpun karena iman. kemudian ada semangat yang ingin ku sampaikan semangat itu bernama “dakwah”. inilah semangat yang akan ku bawa dan ku pertahankan jika Allah berkehendak mempertemukan kita bersama titipan cintaNya. dan yang ku tahu kaulah orangnya. kaulah orangnya yang senyuman imanmu memancarkan kesejukan untukku. ah maaf bukan untukku lebih tepatnya untuk orang-orang di sekitarmu dan aku sedang berada di luar pagar rumah hatimu yang hndak mengetuk pintunya dengan ucapan “basmallah”. terimakasih atas warna tarbiyah yang pernah engkau bagi. terimakasih pula engkau telah mengajariku arti kesucian itu. dan terimakasih telah berbagi semangat. banyak sekali yang ingin ku ceritakan untukmu. tataplah mushaf alquran maka niscaya aku pun menatapnya kita bersama menatap bersama menatap tulisan indah kalamullah dan kita menitikan air mata bersama atas nama ketaatan. Ramadhan kali ini semoga saja menjadi Ramadhan terakhir karena besok aku akan “ssst” mengajakmu bekerja sama mau? kita songsong bersama indahnya hidup dengan iman. dan menyempurnakan iman itu adalah tahta suci yang harus kita raih. semoga bersama akan saling menguatkan.
oh iya aku juga ingin bercerita bahwa fitnah itu semakin menjadi-jadi. sepertinya aku harus bersegera mengetuk pintu rumah orang tuamu dan kalau bisa kau pun segera membukakan pintu itu.
seorang ibu : “ujang ti mana ?, saha namina teh ? bade naon ka rorompok ibu ?”
sayah : “abdi ti parung bu. nami abdi muhammad zain ?, bade naroskeun pun ibu gaduh putri, neng “…” “
*hahahaha menghayalkan detik-detik mendebarkan itu. tapi insya Allah sayah siap. Bismillah… “kan ada Allah”. meminjam perkataanmu juga. hehehe

Aku mencintaimu di saat sujud dan rukukmu pada Tuhanmu

Postingan ini saya ambil dari perpaduan gerak jari yang di setir oleh hati dan akal dalam sebuah percakapan sms. Sedikit di edit…
Aku mencintaimu, karena sujud dan rukukmu pada Tuhanmu.
“Berkali-kali aku ingin melupakan dan tak mau lagi berhubungan,, tapi ternyata susah.. Kadang  aku yang tak tahan.. Atau sebaliknya.. Dia bahkan pernah sampai hati mengucurkan airmatanya.. Dia ingin sesuatu yang biasa saja.. Ya tapi aku  tak bisa juga terus-terusan seperti itu. Nanti mungkin akan berakibat besar..”
“Ternyata lelaki itu lemah dan perempuan itu kuat.. Bener juga kata seorang kawan…. Mencintai dalam diam itu memang jauh lebih indah. Sekarang aku justru tak berani mendekati dia. Sekedar bertegur sapa di jejaring sosial saja harus pikir-pikir dulu, dan akhirnya tak jadi ku nyatakan. Akhirnya malah belajar menghormati, belajar lebih tanggung jawab, belajar semangat, belajar kesejatian, dan keikhlasan..”
“Namun, di mata sang maha berkehendak selalu ada yang terbaik.. Dan karena itu pula terlahirlah pembelajaran menjadi seorang hamba.. Belajar dalam perjalanan yang misterius. Belajar mengemban amanah berupa rasa yang Allah titipkan untuk hambaNya..Cahaya imannya kemudian menjadi pengingat di setiap waktu..”
Mungkin ia seakarang sedang bersujud pada TuhanNya. Dan pada saat itu pula aku mencintainya. Tak perlu waktu yang lama untuk mencintainya namun hanya butuh membuka mata iman saja untuk melihat apakah ia sedang rukuk dan sujud kepada Rabb semesta alam ini ?. Ia yang hadir bersama tiupan angin di bulan Desember.
Satu Tuhan yang kita sembah. Dan satu matahari yang menyinari tubuh kami. Dan kelak cinta ini adalah cinta yang rukuk dan sujud pada sang pemilik cinta… tak usah ia mananti diriku ini. Tak perlu juga kau merinduiku. Namun pada saat rasa itu datang maka marilah kita bertemu dalam rukuk dan sujud kepada Tuhan kita. Pada saat itulah kau akan bertemu denganku dan aku bertemu dirimu.

Sepasang Bunga Yang Terpisah

ada manusia yang berceloteh tentang tingginya gunung

ada juga manusia yang bermimpi tentang birunya langit yang dibalut putihnya awan

ada pula yang berbagi tentang hangatnya angin pantai di senja hari bersama para pelaut yang mengembagkan layar kapalnya

dan aku akan bercerita tentang mereka yang tak pernah menyimpan janji untuk berbagi kasih

Jika ada lembah yang curam maka lembah itu adalah perasaanku yang pernah di bersamaimu

jika kau pergi tanpa kata maka jejak-jejakmu menarik jemariku untuk menuliskan pesan kemisterian mu.

ada cerita yang tak sempat ku bagi bersamamu dan cerita itu adalah cerita ksedihan karena kau telah pergi

kalau lah ada telaga yang tak yang tak di huni oleh lincahnya ikan-ikan kecil maka itulah aku yang tak lagi menyambung senyum-senyum canda kita

puluhan purnama telah beredar di mataku namun aku lupa sudah berapa edaran ia tak memelukmu lagi

ada air pantai yang pernah mengelitik pijakan kaki ini bersama pasirnya yang hendak melahap

ada angin bersama gerimis yang menampar badan ini namun waktu itu yang ku ingat tak lain senyum-senyum kita yang menghentikan mata agar tak terpejam membersamaimu

dan aku pun ingin cerita tentan air mata yang ku relakan berjatuhan di keramaian sebagai salam hanga mengantar kepergiamu

dan ada lag satu hal yang belum sempat aku tanyakan padamu
yaitu tentang kita tentang aku dan kau karena aku yang hendak merelakan masa lalu dan hendak pergi pula bersama mu…